|
photo by: Google |
|
|
Langit seperti sedang bingung, maka cuaca tak menentu.
Hari ini tak secerah kemarin. Terlihat malu, mentari bersinar ditutupi awan
namun tetap turun rinai hujan.
Seperti aku yang rindu dengan lembut matamu, yang padu
dengan hangat senyum itu. Namun mengapa semua kini menjadi terlalu dingin
untukku?
Mungkin jodohku sedang berada dalam cinta yang salah,
atau mungkin kini aku yang terjebak? Ajari aku cuek seperti yang kau lakukan
setiap hari. Dan mungkin suatu hari nanti, namamu tak lagi membuatku tersenyum.
Karena pada akhirnya kita semua akan jatuh cinta kepada
orang yang tak terduga-duga
Bukannya aku meninggalkanmu, aku hanya berusaha
menjaga diriku dari rasa sakit yang aku tahu persis bagaimana perihnya. Karena
ada kalanya perlu kuterima bahwa ada orang yang diciptakan untuk ada didalam
hati kita, bukan hidup kita.
Tetapi aku jatuh cinta dengan caramu menyentuhku tanpa tangan
itu
Tak perlu bertegur sapa, untuk tahu kabarmu baik saja
sudah cukup untukku. Bukan tentang fisik atau materi, hanya kenyamanan hati.
Karena terkadang Tuhan hanya mempertemukan, bukan mempersatukan. Kau ciptakan
rasa ini sekejap, namun sebelum rasa ini menguat kaupun lenyap dalam gelap.
Tapi, apakah kau tahu rasanya mencintai namun bertahan
untuk tidak memiliki? Bertahan untuk tidak mengungkapkan? Percayalah, ini lebih
buruk dari sekedar patah hati.
Kopi di malam ini terlalu manis, seperti rasa yang
seharusnya ditinggalkan namun sulit dilepaskan
Sesaat semuanya tak lagi sama saat aku menatap mata
itu. Ini semacam tidak memiliki, namun takut kehilangan. Bahkan dalam mimpi
sekalipun, aku tak mampu merengkuhmu dalam genggamanku. Jangankan jemari,
sajakku saja sudah tak mampu lagi menyentuhmu.
Katanya, sebuah cinta yang nyata butuh penantian
Tak semua orang dapat menarik habis nafasku, bahkan
kamu tak perlu mencobanya. Katanya, bila kau inginkan pelangi maka kamu harus mampu
menerima hujan. Tapi seseorang yang peduli dengan perasaannya akan memilih maju
atau menunggu, ia tidak pernah diam saja. Mungkin lebih baik kulepaskan
daripada memaksakan.
Mengapa tak kau ijinkan aku mencintaimu ?
Biar hujan membasahi pedihnya kemarin. Bukannya
aku tak ingin jatuh cinta, aku hanya takut salah lagi. Jadikan hati ini rumah,
tempatmu pulang. Bukan sebagai tempat singgah saat berlibur dari kisah lain.
Bukankah semua memang akan selalu menjadi salahku?
Aku tahu aku tak memilkimu, atau mungkin selamanya
takkan mungkin. Hingga aku tak memiliki hak untuk cemburu melihat kau
bersamanya.
Aku tahu kau tak memilikiku, dan aku tak seharusnya
meminta. Aku tak seharusnya sendu ketika rindu dengan namamu.
Aku tahu aku tak punya hak untuk merasa, namun bukan
berarti aku tak mencintaimu.
Katanya, siapa yang berani jatuh cinta harus siap bila
cintanya benar-benar terjatuh. Namun bila memang cinta adalah bagaimana aku
bertahan, maka akan kulepaskan jika kuatku tak lagi dihargai.
Beberapa
mimpi ternyata tidak dimaksudkan untuk menjadi kenyataan, aku belajar
darimu
Pergilah hingga bayangmu lenyap ditelan pekatnya
malam. Mungkin kamu memang bukan seseorang yang pantas untuk ku
perjuangkan.
Karena selain mencintai dan mendoakan kebahagiaanmu,
aku bisa apa? Memaksamu untuk mencintaiku juga? Sayang, aku tidak sejahat itu.
Jika memang akhirnya aku tidak bersama dengan orang
yang sering kusebut namanya dalam doaku, setidaknya semoga aku dibersamakan
dengan orang yang sering menyebutku didalam doanya.
Teruslah seperti itu,
Meski aku menulis karena kamu tercipta, namun hidup
terus berjalan meski dengan atau tanpamu. Kamu memang menyukaiku, salahku yang
mencintaimu. Maaf, bila aku masih tersenyum ketika mengingat
caramu menggodaku.
Bila memang bukan kamu, mungkin sekarang giliranku untuk
menemukan seseorang yang menghargaiku.
Kelak kau akan mengerti,
Bahwa aku hanyalah perempuan yang sedang jatuh
hatinya, bukan penjahat yang ingin mencuri hatimu.
Dan suatu hari ia pasti akan lelah. Lelah dengan
semua balasan singkatmu, kepalsuanmu, dan segala kata indahmu. Dan kamu tak
akan bisa menjadi selamanya bodoh untuk berpikir bahwa ia semudah itu. Bahwa ia pernah memberimu kesempatan. Tapi apa yang kau lakukan? justru mematahkan sayapnya hingga ia tak lagi
mampu mencari persinggahan lain.
Semesta mengadu, awan jatuh akan rindu. Meluapkan
butir cinta yang hinggap dipelupuk anganku.
Biarlah aku saja yang merindu, ini berat. Kamu tak
akan kuat. Rasa ingin berkata tak sanggup lagi. Namun mulut tak mampu berucap,
terlalu menyakitkan untuk menyakiti.
Relakan daripada harus berjuang sendirian
Kamu terlalu lama membuatku mati rasa, sampai aku lupa
mencintai atau membenci itu hanya untuk sekedar bersama ironi. Tapi aku tak
menyesal pernah menunggumu, karena setidaknya aku belajar caranya berjuang.
Perlahan, kamu adalah bagian dari perjalanan panjangku yang mungkin tak akan
lagi kurindukan.
Karena suatu saat nanti akan ada saat dimana aku
benar-benar lelah, hingga aku benar-benar tak lagi merindukan sapaanmu di
sepinya malamku. Tak lagi berharap sunggingan manis senyummu. Tak lagi
memintanya, bahkan mungkin tak mengingatmu lagi.
Ikhlaskan daripada menyakitkan
Ternyata mungkin selama ini aku hanyalah cinta
sendiri. Tapi aku enggan menangisi yang telah lalu, agar bahagia bisa bertamu.
Terkadang kita memang harus mengikhlaskan, bukan karena tak sayang, namun ada
sesuatu yang tak dapat dipaksakan. Terima kasih telah mengajariku tentang
kenyataan.
Dan aku memilih untuk mencintaimu dalam diamku
Ijinkan aku berbahagia sejenak untuk beristirahat dari
cinta yang salah. Karena tuhanku berkata, bila aku mampu bersabar, maka Ia
mampu memberi lebih dari apa yang kuminta. Walau akhirnya aku menyerah,
setidaknya aku pernah berjuang untuk tidak kalah oleh keadaan.
Aku hanya ingin bersamamu. Sesederhana, dan serumit itu
Mungkin bila kesabaran tak cukup membangunkan, aku
rela bila kehilangan harus menyadarkan. Kamu memang sudah lama berhenti
mencintaiku, bodohnya aku yang menyayangimu tiada akhir.
Kuharap kamu melihat rindu itu bila nanti hujan turun.
Setidaknya, kupikir itu cukup memberitahumu bahwa ada aku yang merindu.
Bila nanti surya tenggelam dan luna terpancar,
disitulah aku mengenangmu. Lewat doa, kusampaikan rindu ini padamu. Segeralah
pulang, aku menunggumu.