photo by: Tumblr |
Kulihat
rintik hujan kembali bersemi di gersangnya pagi. Maka mentari sinari kelabunya
awan biru. Seperti aku yang mulai lelah untuk kembali berlari, walau sungguh
hampir mati.
Entah
mengapa kisah ini masih tentangmu lagi. Aku bahkan tak mampu mengungkap apapun
lagi tentang kisah ini. Aku sudah terlalu letih untuk pergi, namun terlalu
lemah untuk bertahan.
Benar
katamu, cinta ini tak seharusnya berbunyi. Mungkin, esok ia hanya menjadi sunyi
Inilah
mengapa aku tak mau lagi untuk hanya sekedar kembali menjatuhkan hati. Meski
jelas aku tak akan mampu memilih kemana kelak kan berlabuh. Namun sungguh, aku
ingin berhenti.
Aku lelah.
Lelah untuk
selalu mencemaskanmu, menanyakanmu, mencarimu, merindumu. Lelah denganmu yang
hanya datang kepadaku kala bosan menghampar. Lelah dengan penantian yang selama
ini kujalani. Lelah mengapa lagi-lagi hanya aku yang mencarimu, sedang kamu
bahkan mungkin mencari dirinya. Lelah mengapa lagi-lagi aku yang merindu, kapan
giliran aku dirindukan ?
Haruskah
semua berakhir bahkan sebelum sempat kita mulai ?
Biarkan ku
bercerita kepada angin tentang rasa yang tak akan pernah kau mengerti. Sesekali
ingin rasanya menjadi seseorang yang dicari, yang dirindukan. Bukan sang
pemimpi yang selalu menanti.
Kapan
giliranku untuk bahagia?
Kadang kau
harus berada di dalam gelap untuk melihat indahnya bintang. Tetaplah tersakiti
dan rendah hati, maka kau akan tahu akan ada aku yang menemani.
Lalu,
akankah kamu pergi berkelana lagi untuk mencari persinggahan lain?
Ternyata
benar, ada saat dimana kita harus memilih entah harus menyerah atau bertahan
sedikit lebih lama. Sayang, sungguh aku tak akan terlalu bodoh untuk terlelap
lagi dalam pesonamu.
Lalu,
haruskah aku lagi yang terluka?
Karena
sesungguhnya kamu hanyalah bujuk rayu yang selalu mengusik kesendirianku.
Sungguh sudah kututup rapat-rapat hati ini lalu ku buang jauh-jauh kuncinya.
Namun, lagi-lagi kau mampu temukan semua yang telah ingin kulupakan. Seperti
aku yang sudah hampir lupa rasanya jatuh cinta, namun kembali kau ingatkan
indahnya terjatuh.
Kasih,
sungguh ada aku disini
Kamu memang
seperti jingga di cantiknya senja. Singgah sejenak, dan berlalu begitu saja.
Kasih, tidakkah kamu lelah untuk selalu berlari dari persinggahan lalu?
Berhentilah, dan raih tanganku.
Namun,
haruskah aku menyisakan ruang untukmu bila tatapan itu masih untuknya?
Seperti hujan di senja itu, kaupun hadir dan pergi tanpa permisi. Dan benar,
aku takkan pernah merelakanmu lagi bersamanya. Tidakkah kamu sadar hanya aku
yang selalu menemani tiap keluh kesahmu? Ada aku yang selalu menunggu ceritamu.
Namun,
siapkah kau tuk jatuh cinta lagi?
Karena kamu
adalah tokoh utama yang kuinginkan pada setiap lembar kisahku. Namun, aku tak
lagi mampu berharap. Mungkin aku akan kembali kau ingat sebagai hati yang
diam-diam mencintai. Entah, apakah ini hanya akan berakhir menjadi sebuah
dilema, kala malam itu kita bertukar kerinduan yang melebur menjadi sebuah
pelukan keheningan.
Percayalah
kasih, aku takkan berbagi
Pukulan
telak menghujamku kala kau sebut namanya dalam rentetan cerita bahagiamu. Namun
rindu menyapaku terlalu pagi, membuat hari terasa semakin sepi. Maafkan aku
bila nanti tak lagi mau menjadi angin penyejukmu. Maafkan bila suatu hari
mungkin aku tak lagi ada untuk menemani sepinya malammu. Terlalu menyakitkan,
untuk menyakiti.
Bila saja
rinduku ini dapat terungkap semudah kau bisikkan rindu itu padanya
Aku sudah sekarat
dengan semua rindu yang menghimpitku. Nafasku sesak dengan semua kenangan dan
angan tentangmu. Sungguh kamu jahat bila kau jadikan aku pelarianmu lagi.
Tuhan,
haruskah aku lagi yang patah hatinya?
Suatu hari,
ketidakpedulianmu akan menyadarkanku bahwa kamu bukanlah jawaban doaku. Maka,
ingatkan aku tentang semua tawa yang pernah terdengar bersama. Ingatkan aku
untuk selalu terjaga dari semua perih yang terukir dengan manis.
Haruskah
lagi-lagi aku yang ditinggalkan?
Bila saja
kau tahu, sungguh tak ingin kubuka lagi hati ini untuk persinggahan lain. Ataukah,
harus kuakhiri saja penantian ini ? Akankah aku mampu kembali terbang bila
sungguh aku ingin berhenti ?
Terkadang,
di sudut malam kala rindu ini menyiksa aku hanya mampu menangis sambil memeluk
bayangmu
Biarkan
bintang-bintang menjadi saksi penantian tulusku. Bila memang rindu ini masih
milikmu, katakan harus berapa lama lagi aku menunggu. Beritahu aku caranya terlepas dari perangkap pesonamu. Sungguh, melupakanmu tak semudah jatuh hati.
Entah mana
yang lebih sakit, melupakan atau bertahan dengan ketidakpastian
Jangan kau
tanya masih mampukah aku untuk berdiri, karena rindu yang awalnya kuanggap
kerikil kini telah membuatku kerdil. Sialku sempat bermain kayu untuk menyalakan
api, kemudian aku kembali menjadi abu saat percikan api lain mulai tumbuh di
hatimu.
Tanyakanlah
pada langit bagaimana ia merelakan tiap rintik hujan yang enggan kembali.
Seperti itulah aku nanti ketika kamu lantas pergi. Terima kasih telah mengajariku
tentang kehilangan.
Ingin ku
ulangi mimpi semalam, karena saat kubuka mata, ternyata bersamamu hanyalah
sebuah cerita.