Sesaat hatiku terlena
Apa kabarmu, sang senja ?
Terngiang melodi menyayat jiwa
Jutaan detik lelah aku berlari
Kini aku ingin berhenti
Lama tak berjumpa
Sesaat aku terlupa
Bahwa kamu masih ada
Kukira telah ku temukan yang satu
Ternyata masih salah langkahku
Ini tentang percaya akan sempurna
Apakah ia maya atau nyata
Aku terus berjalan, enggan
menoleh ke belakang
Enggan mencari dimana tempat berbagi
Aku memilih untuk kembali
Dimana kata dan kalimat menjadi sangat berarti
Pelipur lara dikala ku sendiri
Aku memilih untuk kembali
Dimana kata dan kalimat menjadi sangat berarti
Pelipur lara dikala ku sendiri
Ternyata benar, cinta itu buta
Kesempurnaan itu bukan untuk
makhluknya
Kesempurnaan hanya milik Sang
Pencipta
Aku menulis kembali
Bukan lembar yang kemarin
Ceritaku itu telah usai
Aku menulis kembali
Bukan lembar yang kemarin
Ceritaku itu telah usai
Entah kebetulan atau perasaanku
saja
Ada debar menghinggap ketika
mentari itu terbenam
Walau perjumpaan kita masih
tertangkap jemari
Enggan ku lupa sorotmu itu,
senjaku
Aku tetap suka jinggamu
Aku tetap suka kuningmu
Segala yang berbaur dalam
padunya warnamu
Aku suka
Aku rindu indah itu
Aku rindu perjumpaan itu
Aku rindu kamu, senjaku
Entah memaksa atau jahat
Aku belum siap berlari
Aku menolak kecewa lagi
Aku masih ingin menjaga hatiku
sendiri
Namun mengapa kamu sungguh
menawan, duhai sang senja ?
Getaran itu hadir lagi
Getaran yang aku hampir lupa
bagaimana rasanya
Aku yakin akan menanti
Walau baru mampu berdiri
Walau baru mampu berdiri
Berhati – hatilah dengan hati
Mengagumi dan rasa ingin
memiliki itu beda arti
Seakan menasihati diri
Seakan menasihati diri
Biarlah langit menjadi saksi
Betapa inginnya aku kau naungi...
Lalu, bagaimana jika aku mulai terjatuh lagi ?
(......... onto the next post)