Friday, November 7, 2014

Perhaps, You



photo by: Tumblr


Entah harus kumulai darimana cerita ini, aku bingung. Yang kutahu hanyalah, semalam ku memimpikanmu. Entah mungkin karena apa, aku tak tahu. Bertemupun sudah tak pernah, bertegur sapapun jarang.

Seingatku, aku tak lagi sempat memikirkanmu, apalagi akhir-akhir ini. Semalam aku terlelap cepat, tubuhku lelah dengan ramai dan hiruk-pikuknya kota ini. Mataku terpejam, jauh, dan terjaga, melupakan semua beban, kesah, dan lelah hari kemarin. Hingga tak kusadari, matahari sudah tinggi dan akupun terbangun. Aku merasa setengah sadar-tak sadar. Aku benar-benar lupa dengan apa yang kulakukan semalam, kecuali satu. Aku, mengingatmu.

Aku merasa benar-benar ada disana, bersamamu. Disana aku dan kamu bercanda, tertawa, dan kau menatapku, seperti kau menatapnya, kini. Kau menelfonku dengan suara beratmu untuk mengajakku makan siang, kita pergi ke sebuah tempat, bercanda, tertawa, lalu berbagi cerita. Kita, atau mungkin hanya aku, merasa menjadi manusia paling beruntung hari itu, karena ada disampingmu. 

Aku merasa hari itu terlalu indah. Menatapmu, mendengar suaramu, melihat senyummu, semuanya indah, hingga tak terasa mataharipun tenggelam. Hingga aku terlelap di mobilmu, yang sudah sampai di istanaku. Pagi itu, aku merasa benar-benar bingung, 
kau membuatku susah untuk membedakan mimpi dan kenyataan. Aku merasa benar-benar ada disana, bersamamu. Akupun terdiam, duduk di tempat tidurku, sambil menatap birunya langit yang diterpa sapaan angin pagi. Ah, aku kehilangan..


Tapi kau tak ada disini, disampingku. Bahkan, menguhubungikupun tidak. Pernah beberapa kali kau menelfonku lagi, namun sialku, aku selalu sudah terlelap dalam mimpi-mimpiku. Kuhela beratnya nafas, dan mencoba mengingat, dan bertanya lagi. Bertanya, kapan ku akan berjumpa lagi. Kuhela lagi sisa nafas ini, tak tersadar bibirku tersenyum dan hatiku berkata " mungkin esok".

Esok? Mungkin. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Haha. Tawaku dalam lelah. Berjumpa lagi? Dengan siapa? Hatiku berkata lagi, mungkin denganmu. Kau tahu? Aku sangat jarang memimpikan seseorang dalam lelapku. Terkadang, itu hanya muncul ketika aku sedih, sangat sedih, atau rindu, sangat rindu.

Kuhela dan kuputar lagi memoriku, kucoba menerka. Namun kutahu, sebenarnya aku belum juga siap dengan jawabanku. Ternyata benar, itu mimpi..

Kau? Tidak nyata. Kau tak ada disini, disampingku. Tak ada, tak ada. Namun, ku tersenyum, karena mengingat senyummu, senyum yang kurindu. Jujur, aku kesal dan kecewa.

Entah mengapa, walau ku tahu aku tak seharusnya begitu. Ku merenung, namun bahagia. Bahagia karena sempat melihatmu, berada disampingmu, mendengar tawamu, mendapat senyummu, memiliki tatapanmu, dan menjadi satu-satunya untukmu, walau hanya dimimpiku.

Saturday, May 3, 2014

Selamat Malam Cinta

photo by: pinterest

Cinta, apa kabarmu? lama tak bertemu. Katanya kau baik saja, kuharap pasti iya. Cinta, sedang apa kamu? ruangku terasa kosong. persis seperti sehelai kertas yang kehilangan pena untuk ditorehkan tintanya.

Cinta, tak inginkah kau melihatku? menyapaku kembali dan mengatakan semua akan lebih baik? s
ungguh aku yang bodoh atau kamu yang lihai membuat semuanya tak pernah pergi,atau enggan kembali.

Cinta, tak ingatkah kau dengan hari-hari yang kita lewati bersama ? ketika dengan mudahnya kita, aku dan kamu, berdua menertawakan kisah masing-masing. Bersenda-gurau, hingga tertawa lepas seakan dunia hanya milik kita? ketika menghabiskan waktu berdua denganmu disebuah taman yang nampaknya tak bisa disebut sepi, ditemani sebuah es krim saja sudah bisa kusebut bahagia? ketika melihat senyummu menyapaku, dan menanyakan bagaimana kabarku, atau membawakanku makanan saja sudah bisa kubilang sayang? ketika hanya dengan setangkai bunga yang kau bawa di pagi hari saja sudah bisa membuatku lupa dengan mataku yang bengkak karena menangisimu semalaman?

Atau Cinta, tak ingatkah kau dengan kenangan pahit yang kita lewati berdua? 
ketika banyak dari mereka yang mungkin tak suka dengan canda tawa kita, atau hanya iri dengan waktu yang kita miliki berdua, namun kita tetap berjuang untuk satu sama lain? ketika harus berguyur dibawah derasnya hujan hanya untuk menemanimu karena kendaraan yang kau bawa tak selalu berpihak baik? atau ketika aku lebih memilih bersamamu untuk menyelesaikan tugas-tugasmu daripada bersenang-senang dengan sahabat-sahabatku?


Aku memilih untuk menari bersamamu walau dibawah derasnya hujan. Karena untukku, rinai-rinai hujan itu menjadi melodi terindah di hamparan lirik laguku.Aku lebih memilih untuk tidak bersama sahabat-sahabat yang sejujurnya, selalu dan paling kurindu. Lama sudah aku tak bertemu mereka, namun untukku, kamu dan tugas-tugasmu lebih penting. Aku lebih takut suatu saat aku akan menyesal tak memilihmu.


Cinta, tak rindukah engkau mendengar suara wanita periang ini? 
yang tak jarang menyalahkanmu, atau bahkan meninggalkanmu ketika ia sedang kesal. Cinta, tak tahukah engkau apa yang kurasa? 
Cinta...

Cinta, rongga telingaku terasa kosong, 
tak ada lagi suara serakmu yang sering menggodaku. 
Cinta, ruangku terasa sepi, tak ada lagi bunga yang membuatku tersenyum setiap pagi. Cinta, semuanya menjadi hening, tak ada lagi tawa yang mengisi hariku. Cinta, tak ada lagi pelangi di mendungnya langitku. Cinta, matahari itu tak muncul lagi, setelah tertutup awan terlalu lama. Cinta, aku seperti bulan yang selalu menunggu panasmu di gelapnya malam hingga pagi, namun ketika fajar itu mulai tiba, ternyata waktuku yang telah usai. Kita seakan tak pernah sejalan.

Cinta, bunga itu tak mekar lagi. 
Cinta, daun-daun itupun perlahan gugur. Cinta, seperti angin, aku berharap kau selalu mendapat apa yang terbaik untukmu. Walau ku tahu bukan tanganku lagi yang kau genggam, atau bukan aku lagi penerima semua bunga indahmu, tapi aku berharap setidaknya aku selalu bisa mengisi kosongnya ronggamu. Seperti rembulan, aku berharap walau aku tak bisa menyinari pagimu, namun setidaknya akulah penarang di gelapnya malammu.Seperti bintang, kaupun ada di indahnya langitku. Walau gelap, luas, tak terbatas, terlihat dekat namun tak pernah bisa kugapai, ku tahu engkau disini. Tepat disampingku. Selamat malam, cinta. Sampai bertemu di mimpiku malam ini.

Tuesday, April 8, 2014

Tentang Kamu

photo by: Google

Kenangan memang tak seharusnya terus digenggam ditangan, ia harus direlakan meski rindu berkata jangan. Mataku masih terus bersinar kesatu sosok yang terang. Telingaku masih ingin mendengar suara yang tenang, namun samar.Tanganku masih menunggu digenggam meski oleh bayangan. 

Hatiku? Hatiku masih tertinggal dipucuk angan. Semuanya masih dengan yang lama, kisah lama, rasa yang sama, nama yang rima, namun tak seirama. Mungkin lama-lama mereka bosan mendengar kisahku, mereka juga tak perlu lagi bertanya siapa yang membuatku gugup, senang tak tertahankan, sampai bingung saat handphoneku berdering. Mereka juga tak ragu tentang siapa yang selalu kuingat dan kusimpan rapi kenangannya. Tapi mereka juga masih ingat, siapa yang selalu membuatku perih, sakit, dan sendu. Dia pasti kamu.

Entah aku terlalu bodoh, atau ini yang katanya cinta. Aku bahkan tak tahu apa itu cinta. Yang kutahu adalah untuk mencintai kita bisa sendiri, tapi untuk bahagia butuh berdua. Lagipula, apa bisa kusebut ini cinta? Bahkan kamu saja tak tahu apa yang kurasa. Kamu tak tahu. kamulah pemeran utamanya. Aku tak terlihat di matamu.

Aku hampir lelah mendengar kata orang, apalagi kata hatiku, yang sering tak sejalan dengan logika.Katanya hanya suka. Tapi, apa hanya sekedar suka yang membuatku bertahan sejauh ini? Lebih dari empat tahun, seingatku. Sampai aku tak ingat sudah berapa lama aku begini, terlalu lama. Tapi aku masih ingat pertama kali aku bertemu kamu, dan senyummu. Masih hangat di ingatanku bagaimana kamu dan segalanya tentangmu membuatku terpesona, hingga aku ingin menggapaimu. Katanya, hanya kagum.

Tapi, apa itu kagum bila tak jarang air mataku menetes karena rindu? Apa hanya kagum jika kuselipkan namamu dalam doaku? Apa itu kagum bila aku sangat, sangat peduli padamu?Apa hanya kagum bila aku selalu mencari hal apapun tentang mu? Apa hanya kagum jika aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu? Apa hanya kagum bila sampai-sampai aku rela merubah diriku, demi kamu?

Katanya, mungkin cinta. Cinta. Cinta? Apalagi itu cinta? Aku belum berkenalan dengannya. Mungkin iya, karena aku tak jarang mendoakan kebahagiaanmu. Mungkin iya, karena aku selalu sakit melihatmu bersamanya. Mungkin iya, karena aku rela menunggumu dan berjuang sejauh ini.

Cinta? Mungkin juga tidak. Mana ada cinta bila hanya aku yang mencinta, kamu tidak. Mana bisa cinta jika kamu saja tak tahu, disini ada aku. Masa iya cinta, bila hanya aku yang berjuang. Apa mungkin cinta, bila hanya aku yang merasakan? Mana mungkin cinta? bila hanya aku yang tersakiti.