|
photo by: Google |
Lelah
kujumpai di senja itu, bahkan tak lagi kuhiraukan entah kemana kaki ini
kan membawaku. Kutinggalkan semua keceriaan, senyum, canda, dan tawa dikelas,
tuk kukenakan lagi esok hari. Langit tak secerah biasanya, tak kujumpai lagi
mentari itu. Memang akhir-akhir ini cuaca tak menentu, sama seperti cuaca di
hatiku. Perlahan, derai itu turun, gerimis membuka kelabunya rabu itu. Terduduk
aku termenung didepan jendela kamar yang dihiasi derasnya air hujan. Entah
mengapa, aku senang memandanginya. Bagiku hujan itu indah, seindah kenangan dan
memori yang menyertainya. Tanpa sadar, terputar sebuah lagu indah dari laptopku
yang membawaku kepada nostalgia. Aku juga tak tahu mengapa ini terdengar
seperti drama yang sering teman-temanku tonton, duduk di depan jendela, melihat
derasnya hujan, sambil ditemani mellownya lagu sendu, soreku lengkap kala itu.
Mataku terserang kantuk hebat, beberapa kali kucoba tuk pejamkannya, namun
berulang kali juga pikiranku tak tertidur. Mungkin aku bukan orang yang mudah
bercerita atau mengungkap kata, atau mungkin juga aku terlalu malas untuk
menyampaikannya kepada orang lain, itu mengapa aku lebih senang menulis.
Bagiku, menulis dapat melegakanku. Aku bisa bercerita apapun yang kurasakan,
tanpa khawatir akan ada pihak yang terluka. Aku bisa mencurahkan seluruh
pikiran dan isi hatiku, tanpa takut ada yang mengacaukannya. Bagiku, menulis
cukup mewakili apa yang kurasakan, tanpa harus kau tahu. Tak jarang, aku
membaginya di laman blogku, seperti ini. Namun, bila kau benar mengenalku, aku
punya ratusan draft serta ribuan lembar kata yang tersimpan di lembar-lembar
diary pribadiku, yang kusimpan rapat-rapat hanya untukku, dan cerita-ceritaku.
Menulis itu seperti.. seperti aku tak butuh lagi kamu atau siapapun karena
hanya dengan laptopku saja, sudah cukup. Bukan aku tak punya orang lain, hanya
saja tak ingin merepotkan, siapapun itu.
Bukan kumerasa beruntung, namun lebih
dari itu. Tinggal dan hidup bersama banyak orang yang kusayang dan menyayangiku,
memiliki sahabat-sahabat yang bukan hanya sekedar tahu dan mengerti, tapi juga
memahami baik dan buruknya aku. Walau kini kita sudah tak sering berjumpa lagi
dan tak lagi bisa menunggu bel istirahat sekolah tuk bersua, melainkan
menyocokkan jadwal libur kuliah yang kau tahu, sering tak sama. Walau kini
bahkan untuk memulai percakapan saja kita harus berpikir apakah itu akan
mengganggu satu sama lain, atau tidak. Jujur, aku benci berada di keadaan ini,
tapi inilah hidup, dan bukankah tak jarang jarak akan menjadi saksi kuat atau
lemahnya suatu hubungan? Bahkan untuk mendengar kabar serta melihat foto profil
sahabat-sahabatku tersenyum saja hatiku lega. Walau jarak dan waktu memisahkan
kita, setidaknya aku tahu ada mereka yang menyayangi dan merindukanku.
Setidaknya, itu lebih baik daripada bertemu setiap hari namun tak ada yang
peduli.
Tak jarang, aku memikirkan kita. Ketika kumelintas disuatu tempat
kadang kumerindukan kebersamaan kita, ya, dalam cerita ini adalah aku dan
keempat sahabatku. Terkadang, ketika kumengendarai mobilku dijalan yang sering
pula kita lewati, ku terbawa akan kenangan-kenangan kita, dimana semuanya
bersatu, mulai dari canda, tawa, hingga tangis. Ku bahagia tumbuh bersama
kalian, sahabat-sahabatku tersayang. Beruntungnya, tak hanya kusendiri yang
sering merindukan kebersamaan kita, tapi juga kalian. Tak jarang pula, aku
memutar video-video aneh yang menurutku lucu, yang kalian buat untukku, hingga
tak sadar pipiku basah berlinang air mata, entah karena bahagia atau rindu,
kini sulit bagiku membedakannya. Hampir empat tahun usia kita bersama, tak
terasa, kuharap ini kan berlangsung selamanya. Karena dengan bersama kalian,
aku belajar. Aku banyak belajar dari kalian, sangat banyak. Dulu, kukira
membuka diri itu tak baik dan menyunggingkan senyum dibibirku itu sangat sulit.
Dulu, bahkan untuk bercanda dengan orang yang baru kukenal adalah kelemahan
terbesarku. Dulu, aku seperti tak menjadi diriku.
Setelah aku bertemu kalian,
ternyata semua persepsiku salah, hidup ini tak semudah novel-novel remaja yang
kubaca, tak seindah puisi cinta dan rangga- ada apa dengan cinta, tak serima
iringan melodi musik dalam suatu simfoni, namun, hidup itu penuh warna, seperti
pelangi. Aku belajar bagaimana caranya berbicara dengan orang yang baru
kukenal, aku belajar bagaimana caranya menjadi humble dan disegani banyak
orang, aku belajar bagaimana caranya agar dihormati dan dihargai orang lain,
aku belajar bagaimana caranya selalu tersenyum dan bertahan dengan banyaknya
kerikil, aku belajar bagaimana melihat dan mengenal orang lain agar tak
sebodoh-bukan sepolos aku yang dulu, hingga belajar bagaimana caranya memiliki
banyak sahabat-agar aku tak merasa selalu tergantung pada kalian, pada kita.
Kumiliki kalian berempat, namun tak hanya empat warna yang kulihat, tapi lebih
dari itu. Kalian membuat aku benar-benar hidup, maksudku, benar-benar hidup
dengan sifat apa adanya diriku. Kini, aku bersyukur walau terus belajar untuk
menjadi bukan orang lain, namun versi terbaik dari diriku. Aku tersenyum
menulis kisah ini, sampai tak lagi kuat mata ini membendung tangisku. Hujan
diluar sederas hujan dihatiku, merindukanmu, sahabatku. Sebelumnya, sering
kubaca cerita tentang persahabatan, kudengar orang lain berbicara tentang
indahnya bersahabat, namun tak pernah kuhiraukan karena menurutku, itu hanya
lelucon. Namun, semua itu salah setelah aku bertemu kalian.
Kalian membuka
mataku tentang indahnya hidup dan memberiku makna tentang apa itu sahabat
sejati. Sahabat bukan orang yang selalu menemanimu dikala kau senang, atau
mengambil keuntungan dari kelebihanmu. Bagiku, sahabat adalah mereka yang tahu
sisi terbaik hingga terburukmu, namun dengan semua itu, mereka tetap mau dan
tak malu berjalan bersamamu.
Ku tak
berharap apapun kecuali kebahagiaan dan sehat selalu untukmu sahabat-sahabatku
tersayang. Kupercaya walau kita terpisah sekalipun jarak dan waktu, namun
dengan doa, kita selalu dekat. Kudoakan segala yang terbaik bagimu, bagiku,
bagi kita. Sampai berjumpa di hari esok, hari yang indah, yang selalu kita
tunggu bersama. Akan selalu kurindukan lagi saat bintang-bintang kita bersinar bersama, menerangi gulitanya malam, bersama menghiasi indahnya hamparan langit luas. Salam sayang dari sahabat kecilmu, eldyta.