Thursday, November 20, 2014

Five stars

photo by: Google

Lelah kujumpai di senja itu, bahkan tak lagi kuhiraukan entah kemana kaki ini kan membawaku. Kutinggalkan semua keceriaan, senyum, canda, dan tawa dikelas, tuk kukenakan lagi esok hari. Langit tak secerah biasanya, tak kujumpai lagi mentari itu. Memang akhir-akhir ini cuaca tak menentu, sama seperti cuaca di hatiku. Perlahan, derai itu turun, gerimis membuka kelabunya rabu itu. Terduduk aku termenung didepan jendela kamar yang dihiasi derasnya air hujan. Entah mengapa, aku senang memandanginya. Bagiku hujan itu indah, seindah kenangan dan memori yang menyertainya. Tanpa sadar, terputar sebuah lagu indah dari laptopku yang membawaku kepada nostalgia. Aku juga tak tahu mengapa ini terdengar seperti drama yang sering teman-temanku tonton, duduk di depan jendela, melihat derasnya hujan, sambil ditemani mellownya lagu sendu, soreku lengkap kala itu. 


Mataku terserang kantuk hebat, beberapa kali kucoba tuk pejamkannya, namun berulang kali juga pikiranku tak tertidur. Mungkin aku bukan orang yang mudah bercerita atau mengungkap kata, atau mungkin juga aku terlalu malas untuk menyampaikannya kepada orang lain, itu mengapa aku lebih senang menulis. Bagiku, menulis dapat melegakanku. Aku bisa bercerita apapun yang kurasakan, tanpa khawatir akan ada pihak yang terluka. Aku bisa mencurahkan seluruh pikiran dan isi hatiku, tanpa takut ada yang mengacaukannya. Bagiku, menulis cukup mewakili apa yang kurasakan, tanpa harus kau tahu. Tak jarang, aku membaginya di laman blogku, seperti ini. Namun, bila kau benar mengenalku, aku punya ratusan draft serta ribuan lembar kata yang tersimpan di lembar-lembar diary pribadiku, yang kusimpan rapat-rapat hanya untukku, dan cerita-ceritaku. Menulis itu seperti.. seperti aku tak butuh lagi kamu atau siapapun karena hanya dengan laptopku saja, sudah cukup. Bukan aku tak punya orang lain, hanya saja tak ingin merepotkan, siapapun itu. 

Bukan kumerasa beruntung, namun lebih dari itu. Tinggal dan hidup bersama banyak orang yang kusayang dan menyayangiku, memiliki sahabat-sahabat yang bukan hanya sekedar tahu dan mengerti, tapi juga memahami baik dan buruknya aku. Walau kini kita sudah tak sering berjumpa lagi dan tak lagi bisa menunggu bel istirahat sekolah tuk bersua, melainkan menyocokkan jadwal libur kuliah yang kau tahu, sering tak sama. Walau kini bahkan untuk memulai percakapan saja kita harus berpikir apakah itu akan mengganggu satu sama lain, atau tidak. Jujur, aku benci berada di keadaan ini, tapi inilah hidup, dan bukankah tak jarang jarak akan menjadi saksi kuat atau lemahnya suatu hubungan? Bahkan untuk mendengar kabar serta melihat foto profil sahabat-sahabatku tersenyum saja hatiku lega. Walau jarak dan waktu memisahkan kita, setidaknya aku tahu ada mereka yang menyayangi dan merindukanku. Setidaknya, itu lebih baik daripada bertemu setiap hari namun tak ada yang peduli. 

Tak jarang, aku memikirkan kita. Ketika kumelintas disuatu tempat kadang kumerindukan kebersamaan kita, ya, dalam cerita ini adalah aku dan keempat sahabatku. Terkadang, ketika kumengendarai mobilku dijalan yang sering pula kita lewati, ku terbawa akan kenangan-kenangan kita, dimana semuanya bersatu, mulai dari canda, tawa, hingga tangis. Ku bahagia tumbuh bersama kalian, sahabat-sahabatku tersayang. Beruntungnya, tak hanya kusendiri yang sering merindukan kebersamaan kita, tapi juga kalian. Tak jarang pula, aku memutar video-video aneh yang menurutku lucu, yang kalian buat untukku, hingga tak sadar pipiku basah berlinang air mata, entah karena bahagia atau rindu, kini sulit bagiku membedakannya. Hampir empat tahun usia kita bersama, tak terasa, kuharap ini kan berlangsung selamanya. Karena dengan bersama kalian, aku belajar. Aku banyak belajar dari kalian, sangat banyak. Dulu, kukira membuka diri itu tak baik dan menyunggingkan senyum dibibirku itu sangat sulit. Dulu, bahkan untuk bercanda dengan orang yang baru kukenal adalah kelemahan terbesarku. Dulu, aku seperti tak menjadi diriku. 

Setelah aku bertemu kalian, ternyata semua persepsiku salah, hidup ini tak semudah novel-novel remaja yang kubaca, tak seindah puisi cinta dan rangga- ada apa dengan cinta, tak serima iringan melodi musik dalam suatu simfoni, namun, hidup itu penuh warna, seperti pelangi. Aku belajar bagaimana caranya berbicara dengan orang yang baru kukenal, aku belajar bagaimana caranya menjadi humble dan disegani banyak orang, aku belajar bagaimana caranya agar dihormati dan dihargai orang lain, aku belajar bagaimana caranya selalu tersenyum dan bertahan dengan banyaknya kerikil, aku belajar bagaimana melihat dan mengenal orang lain agar tak sebodoh-bukan sepolos aku yang dulu, hingga belajar bagaimana caranya memiliki banyak sahabat-agar aku tak merasa selalu tergantung pada kalian, pada kita.

Kumiliki kalian berempat, namun tak hanya empat warna yang kulihat, tapi lebih dari itu. Kalian membuat aku benar-benar hidup, maksudku, benar-benar hidup dengan sifat apa adanya diriku. Kini, aku bersyukur walau terus belajar untuk menjadi bukan orang lain, namun versi terbaik dari diriku. Aku tersenyum menulis kisah ini, sampai tak lagi kuat mata ini membendung tangisku. Hujan diluar sederas hujan dihatiku, merindukanmu, sahabatku. Sebelumnya, sering kubaca cerita tentang persahabatan, kudengar orang lain berbicara tentang indahnya bersahabat, namun tak pernah kuhiraukan karena menurutku, itu hanya lelucon. Namun, semua itu salah setelah aku bertemu kalian. 

Kalian membuka mataku tentang indahnya hidup dan memberiku makna tentang apa itu sahabat sejati. Sahabat bukan orang yang selalu menemanimu dikala kau senang, atau mengambil keuntungan dari kelebihanmu. Bagiku, sahabat adalah mereka yang tahu sisi terbaik hingga terburukmu, namun dengan semua itu, mereka tetap mau dan tak malu berjalan bersamamu.



Ku tak berharap apapun kecuali kebahagiaan dan sehat selalu untukmu sahabat-sahabatku tersayang. Kupercaya walau kita terpisah sekalipun jarak dan waktu, namun dengan doa, kita selalu dekat. Kudoakan segala yang terbaik bagimu, bagiku, bagi kita. Sampai berjumpa di hari esok, hari yang indah, yang selalu kita tunggu bersama. Akan selalu kurindukan lagi saat bintang-bintang kita bersinar bersama, menerangi gulitanya malam, bersama menghiasi indahnya hamparan langit luas. Salam sayang dari sahabat kecilmu, eldyta.

No comments: