Tuesday, April 8, 2014

Tentang Kamu

photo by: Google

Kenangan memang tak seharusnya terus digenggam ditangan, ia harus direlakan meski rindu berkata jangan. Mataku masih terus bersinar kesatu sosok yang terang. Telingaku masih ingin mendengar suara yang tenang, namun samar.Tanganku masih menunggu digenggam meski oleh bayangan. 

Hatiku? Hatiku masih tertinggal dipucuk angan. Semuanya masih dengan yang lama, kisah lama, rasa yang sama, nama yang rima, namun tak seirama. Mungkin lama-lama mereka bosan mendengar kisahku, mereka juga tak perlu lagi bertanya siapa yang membuatku gugup, senang tak tertahankan, sampai bingung saat handphoneku berdering. Mereka juga tak ragu tentang siapa yang selalu kuingat dan kusimpan rapi kenangannya. Tapi mereka juga masih ingat, siapa yang selalu membuatku perih, sakit, dan sendu. Dia pasti kamu.

Entah aku terlalu bodoh, atau ini yang katanya cinta. Aku bahkan tak tahu apa itu cinta. Yang kutahu adalah untuk mencintai kita bisa sendiri, tapi untuk bahagia butuh berdua. Lagipula, apa bisa kusebut ini cinta? Bahkan kamu saja tak tahu apa yang kurasa. Kamu tak tahu. kamulah pemeran utamanya. Aku tak terlihat di matamu.

Aku hampir lelah mendengar kata orang, apalagi kata hatiku, yang sering tak sejalan dengan logika.Katanya hanya suka. Tapi, apa hanya sekedar suka yang membuatku bertahan sejauh ini? Lebih dari empat tahun, seingatku. Sampai aku tak ingat sudah berapa lama aku begini, terlalu lama. Tapi aku masih ingat pertama kali aku bertemu kamu, dan senyummu. Masih hangat di ingatanku bagaimana kamu dan segalanya tentangmu membuatku terpesona, hingga aku ingin menggapaimu. Katanya, hanya kagum.

Tapi, apa itu kagum bila tak jarang air mataku menetes karena rindu? Apa hanya kagum jika kuselipkan namamu dalam doaku? Apa itu kagum bila aku sangat, sangat peduli padamu?Apa hanya kagum bila aku selalu mencari hal apapun tentang mu? Apa hanya kagum jika aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu? Apa hanya kagum bila sampai-sampai aku rela merubah diriku, demi kamu?

Katanya, mungkin cinta. Cinta. Cinta? Apalagi itu cinta? Aku belum berkenalan dengannya. Mungkin iya, karena aku tak jarang mendoakan kebahagiaanmu. Mungkin iya, karena aku selalu sakit melihatmu bersamanya. Mungkin iya, karena aku rela menunggumu dan berjuang sejauh ini.

Cinta? Mungkin juga tidak. Mana ada cinta bila hanya aku yang mencinta, kamu tidak. Mana bisa cinta jika kamu saja tak tahu, disini ada aku. Masa iya cinta, bila hanya aku yang berjuang. Apa mungkin cinta, bila hanya aku yang merasakan? Mana mungkin cinta? bila hanya aku yang tersakiti.