Monday, June 29, 2015

Hujan di kala Senja

photo by: Tumblr

Kulihat rintik hujan kembali bersemi di gersangnya pagi. Maka mentari sinari kelabunya awan biru. Seperti aku yang mulai lelah untuk kembali berlari, walau sungguh hampir mati.

Entah mengapa kisah ini masih tentangmu lagi. Aku bahkan tak mampu mengungkap apapun lagi tentang kisah ini. Aku sudah terlalu letih untuk pergi, namun terlalu lemah untuk bertahan.

Benar katamu, cinta ini tak seharusnya berbunyi. Mungkin, esok ia hanya menjadi sunyi

Inilah mengapa aku tak mau lagi untuk hanya sekedar kembali menjatuhkan hati. Meski jelas aku tak akan mampu memilih kemana kelak kan berlabuh. Namun sungguh, aku ingin berhenti.

Aku lelah.

Lelah untuk selalu mencemaskanmu, menanyakanmu, mencarimu, merindumu. Lelah denganmu yang hanya datang kepadaku kala bosan menghampar. Lelah dengan penantian yang selama ini kujalani. Lelah mengapa lagi-lagi hanya aku yang mencarimu, sedang kamu bahkan mungkin mencari dirinya. Lelah mengapa lagi-lagi aku yang merindu, kapan giliran aku dirindukan ?

Haruskah semua berakhir bahkan sebelum sempat kita mulai ?

Biarkan ku bercerita kepada angin tentang rasa yang tak akan pernah kau mengerti. Sesekali ingin rasanya menjadi seseorang yang dicari, yang dirindukan. Bukan sang pemimpi yang selalu menanti.

Kapan giliranku untuk bahagia?

Kadang kau harus berada di dalam gelap untuk melihat indahnya bintang. Tetaplah tersakiti dan rendah hati, maka kau akan tahu akan ada aku yang menemani.

Lalu, akankah kamu pergi berkelana lagi untuk mencari persinggahan lain?

Ternyata benar, ada saat dimana kita harus memilih entah harus menyerah atau bertahan sedikit lebih lama. Sayang, sungguh aku tak akan terlalu bodoh untuk terlelap lagi dalam pesonamu.

Lalu, haruskah aku lagi yang terluka?

Karena sesungguhnya kamu hanyalah bujuk rayu yang selalu mengusik kesendirianku. Sungguh sudah kututup rapat-rapat hati ini lalu ku buang jauh-jauh kuncinya. Namun, lagi-lagi kau mampu temukan semua yang telah ingin kulupakan. Seperti aku yang sudah hampir lupa rasanya jatuh cinta, namun kembali kau ingatkan indahnya terjatuh.

Kasih, sungguh ada aku disini

Kamu memang seperti jingga di cantiknya senja. Singgah sejenak, dan berlalu begitu saja. Kasih, tidakkah kamu lelah untuk selalu berlari dari persinggahan lalu? Berhentilah, dan raih tanganku.

Namun, haruskah aku menyisakan ruang untukmu bila tatapan itu masih untuknya?

Seperti hujan di senja itu, kaupun hadir dan pergi tanpa permisi. Dan benar, aku takkan pernah merelakanmu lagi bersamanya. Tidakkah kamu sadar hanya aku yang selalu menemani tiap keluh kesahmu? Ada aku yang selalu menunggu ceritamu.

Namun, siapkah kau tuk jatuh cinta lagi?

Karena kamu adalah tokoh utama yang kuinginkan pada setiap lembar kisahku. Namun, aku tak lagi mampu berharap. Mungkin aku akan kembali kau ingat sebagai hati yang diam-diam mencintai. Entah, apakah ini hanya akan berakhir menjadi sebuah dilema, kala malam itu kita bertukar kerinduan yang melebur menjadi sebuah pelukan keheningan.

Percayalah kasih, aku takkan berbagi

Pukulan telak menghujamku kala kau sebut namanya dalam rentetan cerita bahagiamu. Namun rindu menyapaku terlalu pagi, membuat hari terasa semakin sepi. Maafkan aku bila nanti tak lagi mau menjadi angin penyejukmu. Maafkan bila suatu hari mungkin aku tak lagi ada untuk menemani sepinya malammu. Terlalu menyakitkan, untuk menyakiti.

Bila saja rinduku ini dapat terungkap semudah kau bisikkan rindu itu padanya

Aku sudah sekarat dengan semua rindu yang menghimpitku. Nafasku sesak dengan semua kenangan dan angan tentangmu. Sungguh kamu jahat bila kau jadikan aku pelarianmu lagi.

Tuhan, haruskah aku lagi yang patah hatinya?

Suatu hari, ketidakpedulianmu akan menyadarkanku bahwa kamu bukanlah jawaban doaku. Maka, ingatkan aku tentang semua tawa yang pernah terdengar bersama. Ingatkan aku untuk selalu terjaga dari semua perih yang terukir dengan manis.

Haruskah lagi-lagi aku yang ditinggalkan?

Bila saja kau tahu, sungguh tak ingin kubuka lagi hati ini untuk persinggahan lain. Ataukah, harus kuakhiri saja penantian ini ? Akankah aku mampu kembali terbang bila sungguh aku ingin berhenti ?

Terkadang, di sudut malam kala rindu ini menyiksa aku hanya mampu menangis sambil memeluk bayangmu

Biarkan bintang-bintang menjadi saksi penantian tulusku. Bila memang rindu ini masih milikmu, katakan harus berapa lama lagi aku menunggu. Beritahu aku caranya terlepas dari perangkap pesonamu. Sungguh, melupakanmu tak semudah jatuh hati.

Entah mana yang lebih sakit, melupakan atau bertahan dengan ketidakpastian

Jangan kau tanya masih mampukah aku untuk berdiri, karena rindu yang awalnya kuanggap kerikil kini telah membuatku kerdil. Sialku sempat bermain kayu untuk menyalakan api, kemudian aku kembali menjadi abu saat percikan api lain mulai tumbuh di hatimu.

Tanyakanlah pada langit bagaimana ia merelakan tiap rintik hujan yang enggan kembali. Seperti itulah aku nanti ketika kamu lantas pergi. Terima kasih telah mengajariku tentang kehilangan.


Ingin ku ulangi mimpi semalam, karena saat kubuka mata, ternyata bersamamu hanyalah sebuah cerita.